Blok
Ambalat yang menjadi rebutan.
Ambalatadalah suatu blok dasar laut yang telah lama menjadi
wilayah sengketa Indonesia dan Malaysia, dua negara serumpun yang bertetangga.
Blok laut seluas 15.235 kilometer persegi yang terletak di Selat Makassar itu
menyimpan potensi kekayaan laut yang luar biasa, terutama minyak. Berdasarkan
informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, ada satu titik tambang di Ambalat
yang menyimpan cadangan potensial 764 juta barel minyak dan 1,4 triliun kaki
kubik gas. Itu baru sebagian kecil, sebab Ambalat memiliki titik tambang tak
kurang dari sembilan. Kandungan minyak dan gas di sana disebut dapat
dimanfaatkan hingga 30 tahun –suatu keuntungan besar bagi negara manapun yang
menguasai Ambalat.
Lokasi
geografis Indonesia
Republik
Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan
Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Karena letaknya yang
berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia disebut juga sebagai Nusantara
(Kepulauan Antara
Nah, sedangkan Ambalat
itu adalah suatu blok dasar laut (landas kontinen) yang jauh dari pantai
Indonesia. Disebut blok Ambalat adalah untuk memudahkan para komunitas
perminyakan mengenali lokasi dasar laut ini. Malaysia menamai blok ini dengan
ND-6 dan ND-7. Jadi Ambalat ini bukan daratan yang nongol diatas laut,
melainkan dasar laut yang diatasnya adalah perairan ZEE.
Blok ini berada jauh
diluar laut teritorial Indonesia. Jika laut teritorial Indonesia hanya selebar
12 mil dari bibir pantai ke laut, maka Blok ini berada sekitar 80-120 mil dari
Pantai Indonesia. Dalam bahasa Konvensi Hukum Laut 1982, perairan ini disebut
sebagai landas kontinen yang berada mulai dan diluar dari 12 mil laut
teritorial.
Ambalat adalah landas
kontinen yang batas-batanya belum disepakati oleh Indonesia dan Malaysia. Blok
Ambalat adalah soal penetapan batas yang belum usai. Indonesia dan Malaysia
belum punya garis batas di Laut Sulawesi, lokasi dimana Ambalat itu berada.
Keuntungan dan Kekurangan Blok Ambalat untuk
Indonesia.
Keutungan :
Dilihat dari segi politik : Indonesia dapat memperluas
wilayah Negara yang mana dapat memperkuat pertahanan Negara, dan juga
meningkatkan harga diri Indoneis sebagai Negara dan Bangsa yang berdaulat.
Dilihat dari segi ekonomi : Karena Blok Ambalat memiliki
kekayaan sumber daya alam yang besar yang apabila Indonesia dapat
mengeksploitasi Blok tersebut, maka Indonesia akan mendapatkan keuntungan yang
berlimpah karena dasar laut ambalat menyimpan minyak bumi dan gas yang cukup
untuk 30 tahun kedepan.
Kekurangannya :
Apabila masalah ini tidak kunjung selesai akan menimbulkan
gesekan yang makin panas diantara kedua Negara . Terlalu besar
dampak buruk yang harus di tanggung Indonesia andai memilih untuk berperang
ketimbang jalur diplomasi. Dampak buruk akibat perang akan terasa di segala aspek
kehidupan negara, tidak terkecuali aspek ekonomi. Seperti di ketahui saat ini
banyak investor Malaysia yang sudah masuk diberbagai sektor industri Indonesia.
Jika sampai berperang dengan Malaysia,
Indonesia juga mendapatkan dampak buruk dalam bidang ekonomi khususnya
ketenagakerjaan. Hal itu terlihat dari besarnya jumlah tenaga kerja Indonesia
yang mencari nafkah di Malaysia. Sehingga pilihan terbaik bagi Indonesia dan
Malaysia dalam menyelesaikan konflik ambalat adalah jalur diplomasi. Hal
tersebut menjadi sebuah pilihan yang cerdas, bijaksana dan beradab.
Perbatasan
Indonesia dengan Negara lain
Perbatasan maritim antara
Indonesia dan Malaysia terletak di empat wilayah perairan, yakni Selat Malaka, Selat Singapura, Laut Cina Selatan,
dan Laut Sulawesi. Wilayah laut kedua
negara ini (keduanya sama-sama mengklaim 12-nautical-mile (22 km)) hanya
bertemu di Selat Malaka dan Laut Singapura. Perbatasan maritim ini juga
terdapat di ujung perbatasan darat antara kedua negara di Kalimantan. Mengenai
perbatasan landas benua, hanya perbatasan di Laut Cina Selatan yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak, sedangkan perbatasan landas benua di Laut
Sulawesi belum ditetapkan sama sekali.
Perjanjian
di Perbatasan
Perundingan
Batas Laut Teritorial dan Landas Kontinen dilaksanakan setelah keluarnya UNCLOS
I tahun 1958. Perundingan Indonesia-Malaysia untuk dua batas itu dilaksanakan
sejak tahun 1969 hingga 1972. Adapun ketetapan tentang Zona Ekonomi Eksklusif,
baru dikeluarkan pada UNCLOS III tahun 1982. Wilayah Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia yang berbatasan dengan Malaysia mencapai total 1.200 mil atau 2.222
kilometer. ”Zona sepanjang ini belum ada yang disepakati. Zona itu
meliputi garis sepanjang 300 mil laut di Selat Malaka, 800 mil laut di Laut
China Selatan, dan sekitar 100 mil laut di Laut Sulawesi.
Berdasarkan
UU No 4 Prp tentang Parairan tahun 1960, Indonesia telah menentukan titik dasar
batas wilayah lautnya sejauh 12 mil. Sebagai implementasi dari UU tersebut,
beberapa bagian perairan Indonesia yang jaraknya kurang dari 12 mil laut,
menjadi laut wilayah Indonesia. Termasuk wilayah perairan yang ada di Selat
Malaka.
Konflik
yang Masih Terjadi
1. Sejak
1979 Malaysia sudah mengincar Ambalat, ketika negeri itu memasukkan Pulau
Sipadan dan Ligitan yang berada di perairan Ambalat sebagai titik pengukuran zona
ekonomi eksklusif mereka. Dalam peta itu, Ambalat pun diklaim milik Malaysia memancing
protes dari Indonesia.
2. Indonesia
tegas menyatakan Ambalat sebagai bagian dari wilayahnya sebab dari segi
historis, Ambalat merupakan wilayah Kesultanan Bulungan di Kalimantan Timur
yang jelas masuk Indonesia. Terlebih berdasarkan Konvensi Hukum Laut
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang telah diratifikasi RI dan tercantum pada
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1984, Ambalat di
akui dunia sebagai milik Indonesia.
3. Kapal
perang dan pesawat tempur Malaysia tetap sering wara-wiri di Ambalat. Pada 2005
bahkan sempat terjadi ketegangan serius di Ambalat. Saat itu Angkatan Laut RI
dan Malaysia sama-sama dalam kondisi siap tempur.
4. Pada
21 Februari 2005 misalnya, 17 warga Indonesia ditangkap kapal perang Malaysia,
KD Sri Malaka, di Karang Unarang yang dianggap masih bagian dari Ambalat.
Angkatan Laut Malaysia kemudian mengejar nelayan Indonesia hingga keluar
Ambalat.
5. Pada
8 April 2005, kapal perang RI, KRI Tedong Naga, menyerempet Kapal Diraja
Rencong milik Malaysia sampai tiga kali, namun tak sampai terjadi hantam meriam
antarkedua kapal.
6. Pada
24 Februari 2007, kapal perang KD Budiman milik Malaysia memasuki perairan
Indonesia hingga satu mil laut sekitar pukul 10.00 WITA. Sore harinya, kapal
perang Malaysia yang lain, KD Sri Perlis, bahkan ikut memasuki wilayah RI
hingga dua mil laut. Kedua kapal perang Malaysia itu kemudian diusir keluar
dari perairan Indonesia oleh kapal perang RI, KRI Welang.
7. Pada
25 Februari 2007, KD Sri Perlis kembali memasuki perairan Indonesia sejauh 3
ribu yard sekitar pukul 09.00 WITA. Kapal itu segera diusir keluar wilayah RI
oleh KRI Untung Suropati.
8. Pada
2009, Indonesia kembali mengingatkan Malaysia untuk tak melakukan provokasi
militer di Ambalat. Indonesia pun terus memperketat penjagaannya di Ambalat
dengan mengerahkan 130 pasukan marinir ke wilayah itu. Kapal perang pun
disiagakan di Ambalat.
9. Penjagaan keamanan di Ambalat menjadi
prioritas, sebab sejak Januari hingga Juni 2009, sudah 13 kali kapal dan
pesawat tempur Malaysia memasuki Ambalat.
10. Pada
1 Juni 2009, Hatta Rajasa yang saat itu menjabat Menteri Sekretaris Negara
menyatakan Indonesia tak bakal melepaskan Ambalat sejengkal pun. Ucapan Hatta
itu imbas insiden beberapa hari sebelumnya, 25 Mei 2009, saat kapal perang
Tentara Diraja Laut Malaysia masuk Ambalat hingga diusir KRI Untung Suropati. Malaysia,
di tiap perundingan dengan Indonesia, kerap menyebut dan meyakini Ambalat
sebagai bagian dari teritorial mereka. Malaysia bahkan memprotes kehadiran TNI
di Blok Ambalat.
11. Hingga
kini, 2015, Ambalat belum bertemu damai. TNI meminta pemerintah RI untuk
kembali melayangkan protes diplomatik ke Malaysia karena sembilan kali
pelanggaran sepanjang tahun ini yang dilakukan militer Malaysia di
Ambalat.
sumber:
http://www.kompasiana.com/damos.agusman/ambalat-itu-apa-sih-pulau-atau-dasar-laut_558fe069f39273d415e25ef3
http://ilmugeografi.com/geografi-teknik/letak-astronomis-indonesia
http://ilmugeografi.com/geografi-teknik/letak-astronomis-indonesia